Makassar - Pendakwah Yahya Waloni (55) meninggal dunia saat menyampaikan khutbah Jumat di Masjid Darul Falah, Kecamatan Rappocini, Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Jumat, 6 Juni 2025 sekitar pukul 12.30 WITA. Ia sempat dilarikan ke RSU Bahagia dalam kondisi tidak sadarkan diri, namun nyawanya tak tertolong.
Sekretaris Pengurus Masjid Darul Falah, Harfan Jaya Sakti, menyebut almarhum masih berbicara dengan lancar pada khutbah pertama. Saat memasuki khutbah kedua, ia tiba-tiba terjatuh dan tidak sadarkan diri.
"Masih sempat berdiri, di khutbah kedua (jatuh), masih sempat ingatkan kita pentingnya bertauhid kepada Allah SWT," kata Harfan kepada wartawan, Jumat (6/6).
Namun, sesampainya di RS Klinik Bahagia, Ustaz Yahya Waloni dinyatakan meninggal dunia. Harfan enggan berspekulasi apakah almarhum wafat di masjid atau saat berada di ruang gawat darurat (UGD).
"Beliau sudah tidak sadar saat dibawa. Kami tidak tahu apakah meninggal di masjid atau di UGD," ungkap Harfan.
Salat Jumat dilanjutkan pada pukul 13.46 WITA setelah panitia dan jamaah yang mengantar Ustaz Yahya ke klinik kembali ke masjid.
Diketahui, Ustaz Yahya sudah dijadwalkan oleh panitia masjid sebagai khatib sejak Jumat pekan lalu. Pagi harinya, pria kelahiran Minahasa itu memberikan khutbah Idul Adha di salah satu Masjid di Jalan Rajawali, Makassar.
Setelah itu, pengurus masjid menghubungi pihak keluarga Yahya Waloni. Rencananya, jenazahnya akan diterbangkan ke rumah duka di Jakarta.
Kisah Singkat dan Latar Belakang Yahya Waloni
Yahya Waloni lahir di Manado, Sulawesi Utara, pada 30 November 1970 dengan nama lengkap Yahya Yopie Waloni. Ia berasal dari keluarga berdarah Minahasa dan dikenal taat menjalankan ajaran Kristen.
Sebelum memeluk Islam, Yahya Waloni pernah menjabat sebagai tokoh agama dalam struktur Badan Pengelola Am Sinode GKI di Tanah Papua. Ia bertugas di wilayah VI Sorong, Kaimana.
Sebagai akademisi, ia pernah menjabat sebagai Ketua sekaligus Rektor Sekolah Tinggi Theologia (STT) Calvinis Ebenhaezer di Sorong pada 1997 hingga 2004. Setelah itu, Yahya pindah ke Balikpapan dan mengajar sebagai dosen di Universitas Balikpapan (Uniba) hingga 2006.
Perjalanan spiritual Yahya berlanjut saat ia hijrah ke Tolitoli, Sulawesi Tengah. Di sana, ia mengucapkan dua kalimat syahadat di bawah bimbingan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat.
Tulis Komentar