Foto: Nida bersama peserta lainnya
Jakarta - Hari Kemarin, saya berkesempatan mengikuti sesi diskusi yang sangat membekas dalam rangkaian Sekolah Duta Maritim Indonesia ASPEKSINDO Batch 4 yang berlangsung di Jakarta. Sesi ini secara khusus membahas isu Kemiskinan dan fenomena No Viral No Justice dua topik yang sangat relevan dengan realitas sosial hari ini, terutama di wilayah pelosok dan masyarakat pesisir.
Perlu saya tekankan, isu-isu ini bukan saya angkat secara pribadi, melainkan memang telah disiapkan oleh panitia sebagai bagian dari materi yang dibahas oleh seluruh peserta dari Sabang sampai Merauke. Namun, karena saya memiliki pengalaman langsung di lapangan, saya merasa sangat terhubung dan mampu mengikuti diskusi ini dengan baik.
Selama beberapa tahun terakhir, saya aktif sebagai relawan di Komunitas NGO Jaber Zillenial dan sering kolaborasi dengan Komunitas Sosial Lainnya, dari bangku SMA aktif sampai sekarang Aktif di Komunitas Sosial PAGER ASIK gerakan sosial ini yang berfokus pada advokasi dan pendampingan masyarakat marginal di Tasikmalaya. Lewat komunitas ini, saya terlibat langsung dalam berbagai kegiatan seperti distribusi bantuan pangan, edukasi hak-hak sipil, hingga penguatan literasi masyarakat.
Selain itu, saya juga menjadi bagian dari Yayasan Rumah Harapan Kita sebuah lembaga sosial yang bergerak di bidang kemanusiaan dan pendidikan. Di sana, saya turut menangani program bantuan untuk anak-anak dari keluarga rentan, serta kegiatan pendampingan keluarga yang terdampak masalah sosial dan ekonomi.
Pengalaman-pengalaman ini membentuk cara pandang saya dalam melihat isu kemiskinan bahwa ini bukan sekadar soal kurangnya materi, tapi persoalan yang sangat kompleks dan sering kali bersifat struktural. Banyak masyarakat di akar rumput yang hak-haknya belum terpenuhi, dan sayangnya, baru mendapat perhatian luas ketika kasus mereka menjadi viral di media sosial. Inilah yang menjadi inti dari fenomena “No Viral No Justice” yang kami bahas dalam sesi tersebut.
Diskusi ini menjadi ruang yang sangat berharga bagi saya untuk menyuarakan pengalaman di lapangan, sekaligus mendengar perspektif dari teman-teman finalis lain dari seluruh Indonesia. Kami sama-sama belajar bahwa perubahan sosial tidak cukup dengan simpati sesaat kita perlu aksi nyata, keberlanjutan, dan keberpihakan.
Terima kasih kepada ASPEKSINDO yang telah membuka ruang dialog yang luas dan inklusif. Sekolah Duta Maritim ini bukan hanya memperkuat wawasan saya dalam bidang kemaritiman, tapi juga memperdalam komitmen saya sebagai pemuda yang ingin terus hadir dan berkontribusi bagi masyarakat.
Semoga semangat ini terus saya bawa pulang ke Tasikmalaya, dan menyala lebih besar di masa depan.
Tulis Komentar