Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengklaim berhasil menghancurkan tiga fasilitas pengembangan nuklir Iran, Sabtu, 26 Juni 2025 waktu setempat. Tiga fasilitas itu yakni Fordo, Natanz, dan Isfahan.
Seperti diketahui, Trump sebelumnya berjanji akan mengumumkan hasil serangan itu ke publik pada Sabtu malam, pukul 22.00 waktu New York, atau Ahad, 22 Juni 2025, pukul 10.00 WIB.
“Baru saja, militer AS melakukan serangan presisi besar-besaran terhadap tiga fasilitas nuklir utama di rezim Iran, Fordo, Natanz, dan Isfahan,” kata Trump saat konferensi pers dilihat dari tayangan Live YouTube Reuters.
Menurutnya, langkah itu diambil AS untuk menghentikan Iran dari pengembangan senjata nuklir. Disisi lain, Trump juga menuding Iran sebagai salah satu negara penyebar teror di Timur Tengah.
“Semua orang mendengar nama-nama itu (Fordo, Natanz dan Isfahan) selama bertahun-tahun, saat mereka membangun perusahaan yang sangat merusak. Tujuan kami adalah penghancuran fasilitas pengayaan nuklir dan menghentikan ancaman nuklir yang ditimbulkan oleh negara sponsor teror nomor satu di dunia,” kata dia.
Setelah serangan itu, ia meminta Iran agar menghentikan serangan terhadap Israel yang telah berlangsung selama delapan hari. Jika tidak, kata Trump, Iran akan menanggung resiko yang lebih berat.
“Iran pengganggu Timur Tengah, sekarang harus berdamai. Jika tidak, serangan di masa mendatang akan jauh lebih hebat dan lebih mudah,” janji Trump.
Tudingannya itu, kata dia, bukan tanpa dasar. Trump lalu membeberkan angka kematian warga AS yang disebabkan oleh Iran mencapai angka ribuan.
“Selama 40 tahun Iran terus berkata, 'Matilah Amerika, Matilah Israel'. Mereka telah membunuh rakyat kami, meledakkan lengan mereka, meledakkan kaki mereka, meledakkan bom di pinggir jalan, itu spesialisasi mereka. Kami kehilangan lebih dari seribu orang di seluruh Timur Tengah, dan seluruh dunia telah meninggal sebagai akibat langsung dari kebencian mereka,” jelas Trump.
“Akan ada perdamaian setelah ini, atau tragedi bagi Iran jauh lebih besar dari apa yang kita lihat selama delapan hari terakhir. Ingat masih ada target yang tersisa. Yang terjadi malam ini adalah yang tersulit dari semuanya sejauh ini, dan mungkin yang paling mematikan. Tetapi jika perdamaian tidak segera datang, kami akan mengejar target lainnya dengan tepat, cepat dan terampil,” janji dia.
AS menggunakan enam pesawat pengebom B-2 untuk menjatuhkan selusin bom penghancur bunker (bunker buster) di situs nuklir Fordo, Iran, waktu setempat. Selain Fordo, dua bom bunker buster juga dijatuhkan di Natanz. Informasi ini, disampaikan pejabat AS, melansir CNN, Ahad, 22 Juni 2025.
Bunker buster itu adalah bom GBU-57A/B Massive Ordnance Penetrator (MOP) yang bobotnya berkisar 13.600 kilogram (30.000 pon) dengan kandungan 2.700 kilogram (6.000 pon) bahan peledak. Bom ini didesain khusus untuk menembus lapisan pertahanan tebal sebelum meledak, yang berarti cukup efektif terhadap target serangan bawah tanah yang diperkuat seperti di Fordo.
Diketahui, fasilitas nuklir Fordo adalah salah satu situs pengayaan uranium bawah tanah dekat Qom, yakni instalasi yang paling dalam dan kuat di dalam tanah. Situs nuklir ini memang sejak awal pembangunannya dirancang untuk menahan serangan udara konvensional.
Selain Fordo, AS juga menyerang situs nuklir Natanz dan Isfahan, dengan mengerahkan kapal selam Angkatan Laut yang menembakkan 30 rudal jelajah TLAM.
Berselang beberapa jam usai serangan AS ke Iran, ledakan besar dan raungan sirene terdengar di sejumlah wilayah tengah dan utara Israel, termasuk di Tel Aviv, Haifa, Nes Ziona, dan Rishon Lezion. Ledakan itu adalah rudal kiriman dari Iran, Ahad (22/6), yang menandakan Tehran tak gentar dengan gertakan AS.
Menurut kantor berita AFP, sebanyak 30 rudal dari Iran menargetkan sejumlah fasilitas vital di Israel, termasuk Bandara Internasional Ben Gurion. Sementara itu, seorang presenter televisi pemerintahan Iran mengumumkan serangan itu dengan mengatakan “Gambar langsung yang anda lihat ini adalah salvo rudal Iran yang baru ditembakkan ke wilayah pendudukan”.
Tulis Komentar