Foto: Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memperkuat kolaborasi mencegah sampah bocor ke laut di Kabupaten Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau. (Istimewa)
Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memperkuat kolaborasi lintas sektor untuk mencegah sampah masuk ke laut di Kabupaten Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau. Upaya ini ditujukan untuk mewujudkan ekosistem laut yang sehat dan bebas dari pencemaran sampah.
“Persoalan sampah laut adalah tanggung jawab bersama. Melalui program Laut Sehat Bebas Sampah (Sebasah), kami ingin membangun kesadaran kolektif masyarakat, dengan fokus pada pengelolaan sampah dari tiga sumber utama: sungai, pelabuhan, dan pesisir pulau kecil,” kata Direktur Pesisir dan KKP Pulau-Pulau Kecil, Ahmad Aris di Jakarta, Rabu (1/10/2025).
Dia menyampaikan KKP menggandeng Universitas Maritim Raja Ali Haji, Yayasan Jaga Mangkai, dan Yayasan Anambas sebagai mitra strategis konservasi. Lembaga ketiga dinilai berperan sebagai penggerak dalam menjaga ekosistem laut.
Kolaborasi itu diwujudkan melalui kegiatan sosialisasi pengendalian, pemanfaatan, dan aksi pengurangan sampah di pesisir, pulau kecil, serta laut Desa Keramut. Seperti diketahui, desa itu merupakan salah satu wilayah yang masuk dalam kawasan konservasi Kepulauan Anambas.
“Kegiatan ini digelar pada momen Bulan Bhakti Kelautan Perikanan dalam rangka HUT KKP ke-26 tahun, dan untuk memperingati World Clean Up Day,” ujar dia.
Menurutnya, kegiatan tersebut menggagas pentingnya pendekatan holistik dalam menanggapi permasalahan sampah laut yang kian kompleks. Ia menekankan perlunya kolaborasi multipihak agar penanganannya tidak terfragmentasi dan mampu menghasilkan dampak yang berkelanjutan.
“Kami bersama-sama membangun kesadaran masyarakat, mencegah kebocoran sampah dari hulu ke hilir, serta menciptakan ekosistem laut yang sehat dan lestari,” kata dia.
Fokus utama kegiatan ini adalah memberikan edukasi kepada siswa, nelayan, dan ibu-ibu PKK mengenai dampak sampah terhadap biota laut serta pentingnya pemilahan dan pengurangan sampah. Peserta juga dikenalkan pada pemanfaatan limbah menjadi produk bernilai tambah, salah satunya bioplastik yang diolah dari kulit mangrove.
“Masyarakat juga diajak melakukan aksi bersih di Desa Keramut dan Pulau Mangkai,” beber dia.
Kepala Desa Keramut, Markos menuturkan bahwa sampah masih menjadi permasalahan yang sulit ditangani oleh masyarakat di wilayahnya. Namun, ia menyebut melalui kegiatan ini warga merasa lebih berdaya, peduli, sekaligus mampu mengelola sampah menjadi bahan yang bernilai.
“Dengan adanya kegiatan ini, masyarakat merasa lebih berdaya, peduli, dan mampu memanfaatkan sampah menjadi bahan yang bernilai,” kata Markos.
Sementara itu, Ketua Yayasan Anambas, Devina Mariskova menambahkan program pengelolaan sampah berbasis masyarakat di 32 desa telah menunjukkan dampak nyata. Mulai dari bank sampah keliling hingga mesin press, semua diarahkan agar sampah menjadi sumber ekonomi keluarga.
“Kami yakin perubahan harus dimulai dari masyarakat. Dengan kesadaran kolektif, Anambas bisa menjadi contoh kawasan konservasi yang bersih dan berkelanjutan,” ucap Murwanton.
Senada dengan Murwanton, Kepala Loka Kawasan Konservasi Perairan Nasional (LKKPN) Pekanbaru, Rahmad Hidayat mengungkapkan hasil kegiatan ini mampu mencegah sampah bocor ke laut hingga 407,1 kilogram, sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat untuk aktif menjaga kebersihan laut.
“Laut sehat hari ini adalah fondasi masa depan yang hebat bagi generasi berikutnya,” tegas dia.
Tulis Komentar