maritimnewsdotco@gmail.com
Banner Iklan Maritim News

Sry Rahayu Lulus Duta Maritim Indonesia 2025 Wakili Bone Bolango Gorontalo: Saya Membawa Suara Perempuan Pesisir

$rows[judul] Foto: Sry Rahayu Kaino berhasil lulus menjadi Duta Maritim Indonesia tahun 2025. (doc. pribadi)

Jakarta - Sry Rahayu Kaino berhasil lulus menjadi Duta Maritim Indonesia tahun 2025. Ia akan mengikuti Sekolah Duta Maritim Indonesia (SDMI) Batch 4 Tahun 2025 mewakili Kabupaten Bolango, Provinsi Gorontalo, di Jakarta, tepatnya pada 10-18 Agustus 2025.

Bagi Ayu, kelulusannya pada program besutan Asosiasi Pemerintah Pesisir dan Kepulauan Seluruh Indonesia (Aspeksindo) ini merupakan kesempatan menyuarakan suara perempuan pesisir yang kerap terpinggirkan. Menurut dia, membicarakan laut tak hanya tentang biru dan gelombang, namun juga ruang hidup, identitas, dan perjuangan.

Kelulusannya di forum pembinaan generasi maritim itu menjadi kebanggaan bagi Sry, termasuk juga oleh masyarakat pesisir Bone Bolango. Ayu bercerita, daerah kelahirannya itu jarang tersorot dalam diskursus kebijakan maritim.

Ayu menyebut dirinya sebagai simbol hadirnya suara rakyat pesisir ke ruang-ruang strategis yang selama ini hanya dikuasai para elit.

Program SDMI, bagi dia, merupakan salah satu inisiatif strategis dalam membentuk generasi muda sadar laut, berdaya saing global, serta mampu menjadi mitra kritis pemerintah dalam menjaga kedaulatan dan keberlanjutan wilayah maritim Indonesia.

"Menjadi bagian dari Sekolah Duta Maritim bukan sekadar pencapaian pribadi, tetapi juga tanggung jawab kolektif sebagai anak pesisir untuk bersuara," ujar Ayu saat dikonfirmasi, Jumat, 8 Agustus 2025.

Bagi Ayu,  keberpihakan negara terhadap masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil selama ini belum berjalan maksimal, bahkan tak terakomodasi dalam kebijakan pusat.

Meski UU No. 1 Tahun 2014 mengatur soal pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, kata dia, praktik di lapangan justru kerap meminggirkan masyarakat lokal. Ayu menyoroti kenyataan bahwa ketika wilayah laut melewati 12 mil, semua pengambilan keputusan berada di pusat, tanpa keterlibatan masyarakat yang hidup dari laut itu sendiri.

"Bayangkan, wilayah laut yang luasnya 7:15 dari daratan justru kontribusi masyarakatnya hanya sekitar 5% dalam pengambilan kebijakan. Ini ironi maritim," tambah dia.

Ayu juga menegaskan pentingnya menjadikan laut sebagai ruang hidup berkelanjutan, bukan sekadar komoditas ekonomi. Ia berkomitmen membawa misi edukasi, advokasi, dan penguatan perempuan pesisir sebagai salah satu pilar maritim Indonesia.

Untuk mewujudkan mimpi-mimpinya itu, ia akan memulainya dengan optimisme mengikuti pelatihan intensif terkait regulasi kelautan, ekologi laut, hingga geopolitik maritim. Bagi dia, forum SDMI adalah ruang dia memperkuat wawasan kemaritiman dan menjalin relasi dengan pihak-pihak penentu kebijakan.

“Semoga kehadiran saya tak sekadar menjadi penggembira, tetapi menjadi unsur penentu perubahan di level yang saya bisa,” tandas Ayu.

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)