maritimnewsdotco@gmail.com
Banner Iklan Maritim News

Syaidah Finalis Duta Maritim Indonesia Asal Gorontalo: Generasi Muda Katalis Pemberdayaan Perempuan Pesisir

$rows[judul] Foto: Syaidah Finalis Duta Maritim Indonesia Asal Gorontalo. (doc. pribadi)

Jakarta - Selama ini, perempuan dikenal sebagai salah satu unsur penjaga tradisi dan ketahanan keluarga, khususnya di wilayah pesisir. Teranyar, paradigma demikian mulai berkembang. Perempuan pesisir mulai bangkit menjadi pelaku utama pembangunan maritim berkelanjutan.

Di balik kebangkitan itu, ada peran dan gerakan anak muda yang menjadi katalisator perubahan. Mereka mampu menghubungkan potensi lokal dengan inovasi, teknologi, dan pemberdayaan ekonomi.

Demikianlah penuturan Syaidah, salah satu finalis Duta Maritim Indonesia saat dihubungi, Senin, 4 Agustus 2025. Ia lulus sebagai salah satu peserta Sekolah Duta Maritim Indonesia (SDMI) Batch 4 Tahun 2025, dan akan mengikuti proses pendalaman wawasan kemaritiman di Jakarta pada 11-18 Agustus 2025.

Ia sendiri membawa misi tentang pentingnya pelibatan generasi muda sebagai penyambung lidah masyarakat, khususnya perempuan pesisir dengan pemangku kebijakan. Syaidah percaya, SDMI adalah salah satu wadah untuk mencapai cita dan mimpinya itu.

Meskipun, ia sendiri telah terlibat di sejumlah aksi pemberdayaan di pesisir Gorontalo. SDMI, bagi dia, adalah pelengkap puzzle untuk menjadi aktivis pesisir seutuhnya.

“Untuk mencapai semua impian itu harus dilakukan langkah konkrit anak muda di bidang pemberdayaan perempuan yang ada di pesisir, saya tergabung di beberapa komunitas pemberdayaan perempuan di Provinsi Gorontalo yang fokus pada kesejahteraan perempuan dan anak sehingga hal tersebut bisa di kembangkan di daerah pesisir seperti menjadi penggerak pelatihan keterampilan, akses pemasaran digital, hingga konservasi berbasis masyarakat,” papar dia.

Saat ini, ia telah membuat road map pasca forum SDMI Batch 4. Termasuk pengembangan ekonomi kreatif bagi bagi penduduk pesisir dalam bentuk pelatihan.

“Saya mencanangkan program ekonomi kreatif daerah pesisir, dengan fokus pemberdayaan perempuan di daerah pesisir sebagai ujung tombak perubahan yang nyata, pemberdayaan potensi maritim lokal yang sudah saya susun melalui riset, melalui pelatihan kewirausahaan, pendampingan digitalisasi usaha, dan penyuluhan ekologi laut.

Ia menyebut tiga contoh langkah konkrit yang akan ia tempuh. Pertama, pelatihan pengelolaan hasil laut menjadi produk siap ekspor, seperti kaldu bubuk ikan Nila dan olahan hasil perikanan lainnya.

Kedua, pelatihan pengelolaan keuangan rumah tangga berbasis digital, dan menjaga lingkungan pesisir lewat program edukasi sampah plastik dan konservasi mangrove.

Rencana itu, bagi dia, tak hanya berdampak pada peningkatan pendapatan, tetapi juga menambah kepercayaan diri perempuan dalam pengambilan keputusan komunitas.

Berdasarkan data, kata dia, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dari sekitar 12 juta masyarakat pesisir di Indonesia, lebih dari 50% adalah perempuan yang selama ini belum optimal diberdayakan secara ekonomi.

Ia juga menjelaskan tentang status Indonesia yang kini memiliki lebih dari 64 juta pemuda usia produktif yang berpotensi besar menjadi agen perubahan dalam pembangunan pesisir yang inklusif dan berkelanjutan.

“Pada dasarnya, salah satu kekuatan Indonesia sebagai negara maritim terletak pada manusianya. Jika perempuan pesisir diberdayakan, dan pemuda diberi ruang untuk memimpin, maka masa depan laut Indonesia akan lebih cerah dan berkelanjutan,” tutur dia optimis.

Dalam waktu dekat, Syaidah akan terbang ke Jakarta menggembleng pola pikir di forum SDMI tahun 2025 yang merupakan program unggulan Asosiasi Pemerintah Daerah Kepulauan dan Pesisir Seluruh Indonesia (Aspeksindo) dalam membina generasi muda unggul berwawasan maritim.

“Sebagai finalis Duta Maritim Indonesia 2025, saya percaya bahwa pemberdayaan perempuan pesisir tidak bisa berjalan sendiri. Dibutuhkan semangat kolaborasi lintas generasi, khususnya keterlibatan anak muda yang progresif, inklusif, dan berpihak pada akar budaya lokal. Di tangan mereka, laut bukan hanya sumber penghidupan tapi juga ruang keadilan, kemandirian, dan masa depan bersama,” tandas dia.

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)