Foto: Materi hasil monitoring observatorium magnet bumi BMKG di lintang utara Indonesia (Deli Serdang dan Manado) selama sepekan terakhir yang menunjukkan adanya gangguan magnet bumi aktif. (ANTARA)
Jakarta - BMKG memastikan tidak terdeteksi adanya badai geomagnetik signifikan dari gangguan aktivitas magnet bumi dalam sepekan terakhir, termasuk dampaknya di wilayah Indonesia dalam kategori minimum.
Ketua Tim Bidang Geofisika Potensial BMKG, Syrojudin menjelaskan bahwa gangguan itu awalnya dipicu oleh aliran angin matahari berkecepatan tinggi dari lubang korona di matahari, atau dikenal sebagai Coronal Hole High Speed Stream (CH HSS).
"Ini hanya gangguan kecil, tidak berdampak signifikan terhadap Indonesia," kata Syrojudin, menanggapi hasil monitoring indeks magnet bumi di wilayah utara dan selatan Indonesia, Jumat, 1 Agustus 2025.
Indeks magnet bumi, jelas dia, adalah adalah indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat gangguan pada medan magnet bumi.
Setidaknya, BMKG memantau dua jenis indeks utama, yaitu indeks K dan indeks A. Indeks K dihitung dalam interval tiga jam dengan skala 0 hingga 9, sementara indeks A adalah rata-rata fluktuasi magnetik harian yang dihitung dari delapan titik data.
Dalam sepekan terakhir, observatorium magnet bumi BMKG di wilayah utara Indonesia (Deli Serdang dan Manado) mencatat gangguan aktif dengan indeks K maksimum mencapai 5 dan indeks A maksimum sebesar 17,5.
Hal serupa juga terekam di wilayah selatan (Lampung - Alor, NTT), dengan indeks K maksimum sebesar 5 dan indeks A maksimum mencapai 10,625.
Dia menegaskan bahwa nilai-nilai tersebut masih dalam ambang kategori gangguan aktif, belum memasuki tingkat badai geomagnetik yang berpotensi mengganggu sistem navigasi satelit, komunikasi radio, atau jaringan listrik.
Sumber: ANTARA NEWS
Tulis Komentar