maritimnewsdotco@gmail.com
Banner Iklan Maritim News

Hasil Laut Melimpah, Tapi Indonesia Masih Ekspor Mentahan?

$rows[judul] Foto: Penulis. (doc. pribadi)

Oleh: Dhinia Khairunnisa

Peserta Sekolah Duta Maritim Indonesia Batch 4 Tahun 2025

Opini - Indonesia, negara maritim dengan sumber daya laut yang sangat melimpah. Dari Sabang sampai Merauke, laut Indonesia mengandung banyak sekali jenis ikan, udang, cumi dan rumput laut. Namun, mengapa angka statistik menunjukkan angka ekspor mentahan masih sangat tinggi?

Padahal, pengetahuan dasar mengajarkan bahan mentah yang dijual ke pasar internasional cenderung lebih rendah ketimbang yang telah diolah. Sederhananya, ikan dengan kualitas protein tinggi ditangkap di perairan Indonesia, lalu dijual ke negara lain. Langkah selanjutnya, negara yang membeli mengolah hasil laut kita menjadi fillet ikan beku, makanan kaleng, dan olahan siap saji. Lalu kita menerima kenyataan pahit, hasil olahan itu ternyata punya nilai yang sangat tinggi, bahkan bisa berkali-kali lipat dari harga mentahan awal.

Artinya, hasil laut yang dijual dalam bentuk mentahan akan menguntungkan negara pengolah. Lalu, bagaimana upaya memutus rantai ekonomi yang tak menguntungkan itu? Tentu, negara harus hadir: membuat kebijakan, membangun infrastruktur, dan memfasilitasi pelatihan bagi masyarakat.

Satu hal yang sangat penting, pola pikir masyarakat tentang jual beli hasil laut harus ditingkatkan. Mereka harus dipahamkan bahwa pengolahan hasil laut yang dilakukan di dalam negeri memiliki nilai jual yang lebih tinggi, sehingga masyarakat bisa memperoleh manfaat ekonomi yang lebih besar.

Penulis sendiri telah menelusuri sejumlah data resmi negara. Salah satunya adalah data Kementerian Kelautan dan Perikanan yang menunjukkan Indonesia sebenarnya mampu menghasilkan jutaan ton hasil laut setiap tahun. Namun, keterbatasan fasilitas pengolahan, teknologi, dan distribusi membuat banyak hasil tangkapan langsung dijual apa adanya.

Sebagai contoh sederhana, ikan tuna segar yang diekspor bisa dihargai beberapa dollar per kilogram. Tetapi jika diolah menjadi produk sashimi grade atau kaleng siap saji, nilainya bisa melonjak berkali lipat. Begitu pula dengan rumput laut yang jika diolah menjadi karagenan atau kosmetik, harga jualnya jauh lebih tinggi.

Saya ingin menutup narasi sederhana ini dengan penegasan, jika pengolahan dilakukan di dalam negeri, keuntungan bukan hanya dirasakan pelaku usaha, tetapi juga nelayan, pekerja pabrik, hingga masyarakat sekitar pelabuhan. Nilai tambah ini yang diharapkan dapat membawa industri maritim Indonesia lebih maju dan memberi kesejahteraan nyata bagi warga pesisir.

Penulis adalah salah satu finalis Duta Maritim Indonesia Tahun 2025 yang berasal dari Sumatera Barat

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)